Adapun jalur perdagangannya sendiri dibawa ke daerah Tasikmalaya. Nah, kemunduran kerajinan Topi Bambu khas Tangerang di daerah ini sendiri terjadi ketika bencana alam saat letusan Gunung Galunggung 1984 (masih dalam proses klarifikasi dengan narasumber) yang mengakibatkan pusat perdagangan Topi Bambu mengalami hambatan. Sehingga beberapa pengrajin beralih profesi dari pengrajin Topi Bambu.
Menurut Informasi yang kami dapat di daerah Ranca Buaya masih banyak ibu ramah tangga yang memproduksi Topi Bambu, mereka biasanya dalam sehari bisa menghasilkan 5 -- 10 anyaman yang umumnya di namakan Loso. Nantinya Loso-loso tersebut di kumpulkan oleh kolektor untuk di bawa ke pusat industriTopi Bambu supaya di proses lagi.
No comments:
Post a Comment