Kang agush saat mengikuti acara roadshow yang telah di presentasikan oleh Relawan Telematika ( FORMAT) Se-Provisi Banten yang dilaksanakan di Kampus BSI BSD Tangerang pada tanggal 19 Maret 2011 yang acara pembukaan di oleh
Istilah “open source” rasanya sudah bukan istilah baru lagi karena sangat sering terdengar di telinga pengguna Teknologi Informasi (TI) di Indonesia, apalagi semenjak sejumlah departemen (Ristek, Kominfo,Menpan, Depkehham dan Depdiknas) mencanangkan gerakan Indonesia Go Open Source (IGOS) pada 30 Juni 20043. Sebagai tindak lanjut pencanangan kesepakatan tersebut, telah sangat banyak dilakukan kegiatan untuk memasyarakatkan Open source Software (OSS) baik oleh Pemerintah melalui departemen-departemen di atas secara langsung maupun oleh lembaga lain (perguruan tinggi, lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, bahkan perorangan).
Meskipun demikian, dalam faktanya masih ada perbedaan pendapat apa sebenarnya kelebihan (dan kekurangan) OSS dibanding yang non-OSS. Di samping itu, masih sangat banyak juga pengguna TI di Indonesia yang menjadikan OSS sebagai obyek untuk sekedar didengar, tidak sampai pada tahap dimengerti, dipahami, dan diamalkan _loso_nya. Sekilas bila ditengok seputar diskusi masalah OSS dan non-OSS maka yang akan muncul sebagai klaim adalah seputar : nirberlisensi vs lisensi, gratis vs berbayar, sulit vs mudah atau aman dari virus vs rentan virus. Hal-hal di atas memang bisa menjadi senjata bagi para penggiat Open Source namun nampaknya kita harus jujur
untuk mengatakan bahwa klaim-klaim di atas perlu disepahamkan.
untuk mengatakan bahwa klaim-klaim di atas perlu disepahamkan.
Gratis vs Berbayar dan NirLisensi vs Lisensi
Sebagian besar perangkat lunak berbayar dihargai berdasar banyaknya perangkat yang akan diinstal, meskipun ada juga yang menggunakan lisensi unlimited dengan harga tertentu. Berdasar kelaziman ini, banyak orang yang diperkenalkan dengan OSS harus “didoktrinasi” dengan hitung-hitungan harga agar mudah diterima dan salah satu yang dikemukakan adalah bahwa OSS adalah gratis, sementara perangkat lunak proprietary tidak gratis.
Pembuatannya? Perolehannya? Instalasinya? Penggunaannya? Atau semuanya gratis?
Pernyataan bahwa OSS “gratis” perlu diperjelas ruang lingkupnya: Apanya yang gratis?
Dari empat parameter di atas saja (pembuatan,perolehan, instalasi dan penggunaan) tentu dapat dirasakan bahwa bila diberi harga proses tersebut bukan nilai yang kecil. Secara default yang dapat dikatakan gratisadalah hak untuk penggunaannya, artinya untuk menggunakan OSS seseorang atau suatu organisasi tidak harus membayar kepada pihak pengembang perangkat lunak sebagai imbalan pembuatannya karena OSS umumnya dikembangkan secara terbuka, bersama-sama oleh komunitas (committers). Sementara itu untuk mendapatkannya bisa saja memerlukan biaya: membayar band-width untuk men-download perangkat lunak atau membeli CD yang dijual pihak lain, demikian juga dengan proses instalasi yang memerlukan tenaga dan keahlian tertentu.
Dalam kaitannya dengan lisensi, dengan uraian di atas bahwa lisensi tak selalu ditentukan oleh harga, demikian juga sebaliknya menjadi sedikit lebih jelas. Salah satu jenis lisensi yang tidak menentukan harga adalah GNU License dan Linux merupakan salah satu OSS yang berada dalam lingkup lisensi ini.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa : perangkat lunak yang tidak memenuhi 4 (empat) syarat kebebasan di atas belum dapat dikatakan free software. Free software beda dengan freeware karena dalam freeware tidak ada ketentuan untuk membagi kode sumber (freedom 1 dan freedom 3) Free software adalah software yang memiliki lisensi, jadi tidak tepat kalau dikatakan nirlisensi
Sulit vs Mudah
Sulit vs Mudah
Pendapat bahwa menggunakan OSS sulit dibanding yang non OSS masih sering terdengar dan menjadi apologi untuk enggan menggunakan OSS. Meskipun demikian, bagi yang telah mengenal OSS, alasan tersebut saat ini tidak benar lagi karena OSS telah menawarkan banyak pilihan dan keleluasaan bagi pengguna. Bila ditengok untuk kasus Perangkat Lunak Sistem Operasi, saat ini
hampir sulit untuk menghitung ada berapa varian atau distro sistem operasi Linux, sedang untuk Perangkat Lunak Perkantoran juga banyak pilihan: Sistem tersebut memiliki kemampuan untuk membuka dan menyimpan _le ke dalam berbagai format yang menjadi proprietary suatu vendor, misal: DOC/DOCX, PPT/PPTX, XLS/XLSX, PDF, selain tentu saja format mereka sendiri (Open Document Format).
hampir sulit untuk menghitung ada berapa varian atau distro sistem operasi Linux, sedang untuk Perangkat Lunak Perkantoran juga banyak pilihan: Sistem tersebut memiliki kemampuan untuk membuka dan menyimpan _le ke dalam berbagai format yang menjadi proprietary suatu vendor, misal: DOC/DOCX, PPT/PPTX, XLS/XLSX, PDF, selain tentu saja format mereka sendiri (Open Document Format).
Mungkin 10 tahun yang lalu dapat dikatakan bahwa Linux sebagai salah satu OSS memiliki tigkat kesukaran lebih dalam penggunaannya bagi pengguna awam karena memang lebih ditujukan untuk mendukung operasional server yang memerlukan keamanan lebih. Alasan keamanan inilah yang saat itu menjadikan Linux tidak dilengkapi fitur yang menyediakan kemudahan bagi pengguna awam. Namun saat ini telah tersedia pilihan, apakah mau menginstall Linux sebagai server ataukah desktop.
Banyaknya alternatif memang dapat menjadi alasan keengganan untuk menggunakan karena merasa membingungkan. beraitan dengan hal ini, sebaiknya pengguna memegang prinsip Gunakan Sesuai Kebutuhan. Dengan prinsip tersebut, pengguna tak perlu melirik semua yang ada: asal ketemu yang cocok ya bungkus saja .
Aman dari Virus vs Rentan Virus
Virus komputer sampai saat ini masih menjadi salah satu ancaman bagi pengguna komputer apalagi yang terhubung ke jaringan global (internet), selain tentu saja ancaman lainnya. Lebih buruknya lagi, banyak pengguna komputer yang setiap menghadapi masalah selalu menuduh “virus” sebagai penyebabnya.
Pengguna Linux saat ini tidak terlalu dirisaukan oleh merebaknya virus komputer karena kebanyakan virus yang ada saat ini memang berjalan pada salah satu Sistem Operasi Proprietary yang cukup banyak penggunanya. Hal ini dapat dipahami dengan logika sederhana, bahwa orang cenderung akan berharap (dengan usaha yang sama) mendapat manfaat lebih banyak. Namun, apakah ini berarti Linux bebas virus sama sekali?
Dari beberapa artike dituliskan bahwa sebenarnya pada Linux terdapat juga ancaman semacam virus, namun selain alasan seperti pada paragraf sebelumnya, karakteristik Linux File System (seperti halnya unix systems lainnya) memang memiliki ketahanan lebih. Dalam Linux, setiap folder memiliki atribut akses tertentu siapa boleh melakukan apa. Pengguna akan dibedakan
menjadi owner, group dan others dan akses dibagi menjadi read, write, execute. dengan konfigurasi pasangan nilai-nilai tersebut, seorang pengguna dapat saja memiliki hakses untuk read, no write dan no execute yang berarti pengguna dapat membaca file tetapi tidak diijinkan melakukan perubahan (update, termasuk delete) dan tak bisa mengeksekusi file tersebut meskipun orang lain
mungkin dapat mengeksekusinya. Karakteristik semacam ini diharapkan dapat diterima sebagai salah satu alasan keamanan dibandingkan sistem operasi yang memungkinkan user melakukan apa saja terhadap file selama dia bisa masuk (login) ke sistem.
menjadi owner, group dan others dan akses dibagi menjadi read, write, execute. dengan konfigurasi pasangan nilai-nilai tersebut, seorang pengguna dapat saja memiliki hakses untuk read, no write dan no execute yang berarti pengguna dapat membaca file tetapi tidak diijinkan melakukan perubahan (update, termasuk delete) dan tak bisa mengeksekusi file tersebut meskipun orang lain
mungkin dapat mengeksekusinya. Karakteristik semacam ini diharapkan dapat diterima sebagai salah satu alasan keamanan dibandingkan sistem operasi yang memungkinkan user melakukan apa saja terhadap file selama dia bisa masuk (login) ke sistem.
Lahirnya Bagos Banten : Banten go Open Source
· Sesuai Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang “Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual”,
· Pemerintah harus jadi contoh untuk hanya menggunakan Software Legal di lingkungan kerjanya.
· Penggunaan Software Legal di instansi Pemerintah adalah tanggungjawab masing-masing instansi.
Surat Edaran MenPAN Nomor : SE/01/M.PAN/03/2009 tentang “Pemanfaatan Perangkat Lunak Legal dan Open Source Software (OSS)” , yaitu :
? Seluruh Instansi Pemerintah diwajibkan menggunakan perangkat lunak open source atau legal.
? Melakukan monitoring penggunaan perangkat lunak di Instansi.
? Batas waktu migrasi pada akhir 2011
? Seluruh Instansi Pemerintah diwajibkan menggunakan perangkat lunak open source atau legal.
? Melakukan monitoring penggunaan perangkat lunak di Instansi.
? Batas waktu migrasi pada akhir 2011
Mengapa harus Migrasi OSS?
• Efisiensi Pembelian Software Pemerintah
• Ketersediaan Dokumen Pemerintah (Format data dan Akses data)
• Kemandirian Bangsa (Priority Watch List dan Vendor Lock-in)
• Keamanan Data / Dokumen Pemerintah (Malicious code, virus, trojan, spyware dll)
• Membuka Lapangan Kerja
• Menjaga Kekayaan Lokal
• Efisiensi Pembelian Software Pemerintah
• Ketersediaan Dokumen Pemerintah (Format data dan Akses data)
• Kemandirian Bangsa (Priority Watch List dan Vendor Lock-in)
• Keamanan Data / Dokumen Pemerintah (Malicious code, virus, trojan, spyware dll)
• Membuka Lapangan Kerja
• Menjaga Kekayaan Lokal
Kegiatan BAGOS Banten
Menyelenggarakan Sosialisasi bagi seluruh Pengguna Komputer Baik Pemerintah dan Lembaga Pendidikan.
· Membentuk Tim Migrasi ke Open Source Bagos Banten
· Membentuk Tim Roadshow – Pengenalan Linux Bagos Banten Ke Lembaga Pendidikan dan Instansi Pemerintah
· Merancang Strategi Migrasi
· Membuat Jadwal dan Target Pelaksanaan Migrasi.
· Memulai pelaksanakan Migrasi dengan biaya yang ada.
· 2011 Banten go Open Source
Pemerintah memiliki wewenang dan peranan penting dalam Pengembangan dan Perkembangan Linux Banten OS Software Legal Pengganti Microsoft Windows :
? e-Leadership menentukan keberhasilan Migrasi BAGOS Banten
? Dibutuhkan peraturan tambahan untuk menunjang dan menjaga hasil Migrasi
? e-Leadership menentukan keberhasilan Migrasi BAGOS Banten
? Dibutuhkan peraturan tambahan untuk menunjang dan menjaga hasil Migrasi
Untuk melaksanakan amanat yang diembannya, Relawan Telematika Banten telah menyediakan layanan Open Source baik berupa service-desk,Manual Book, portal aplikasi, portal kegiatan, dan repository BAGOS , dan Komunitas Blogger. Melalui web-web portal Komunitas Blogger Banten tersebutLinux BAGOS Banten berharap dapat dijadikan layanan Opensource (Linux BAGOS) kepada masyarakat luar, khususnyawilayah Provinsi Banten.
Beberapa materi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang berminat dengan BAGOS antara lain:
1. Software Linux BAGOS BANTEN dan berbagai distro dan repository-nya (untuk update/instal paket-paket non standar)
2. Panduan penggunaan OSS (Open Office, instalasi dan konfgurasi Sistem operasi linux)
3. Library pendukung (driver) perangkat keras (printer, modem, scanner, wireless, sound)
4. Panduan Migrasi
5. Bagi Lembaga Pendidikan akan mendapatkan Software dan CD SISKO (Sistem Informasi Sekolah)
Selain infrastruktur dan materi di atas, BAGOS Banten juga mengadakan sejumlah kegiatan dan layanan, diantaranya:
1. Sosialisasi ke sekolah-sekolah SMK dan SMU tentang penggunaan Linux sebagai alternatif sistem operasi dan Open Office sebagai alternatif aplikasi otomasi perkatoran.
2. Pembuatan Lab Komputer dengan Koneksi Internet 24 Jam dengan sistem Operasi Linux
3. Pembentukan Komunitas Pengguna Linux – BAGOS BANTEN, yaitu perekrutan mahasiswa yang tertarik dengan open source dan selanjutnya mereka diajak untuk belajar lebih jauh melalui diskusi, pembuatan produk, riset dan kompetisinya
4. Seminar, workshop dan berbagai lomba berbasis open source: hacking, pemrograman, menggambar dengan OSS dan Lomba Blogger Bertemakan Open Source.
5. Menjalin kerjasama dengan pihak lain seputar pemanfaatan atau migrasi ke OSS seperti:
· Komunitas Blogger Banten , menjadi fasilitator dan instruktur pada pengenalan BAGOS kepada guru-guru Sekolah
1. Penyediaan CD/DVD distro Linux
2. Tanya jawab melalui web, email atau telpon
3. Sosialisasi ke kantor-kantor pemerintah tentang pemanfaatan Distro Linux BAGOS Banten sebagai perangkat lunak legal rendah biaya.
4. Pengembangan sistem informasi
5. Instruktur pendampingan dan/atau pelatihan open source (roadshow Bagos Banten)
Beberapa Produk BAGOS
Disamping melakukan riset dalam pengembangan sistem Operasi Linux, Relawan Telematika dan team Bagos juga melakukan pengembangan aplikasi baik untuk kebutuhan internal maupun untuk pihak-pihak yang memerlukannya. Beberapa produk, baik aplikasi (sebagian besar berbasis web) maupun distro antara lain:
BAGOS Distro, merupakan re-mastering dari Ubuntu, dilengkapi dengan paket-paket utama dan tool untuk secara otomatis menginstal beberapa fitur: driver printer, update repository lokal, tampilan desktop, penambahan font, Al’quran Elektronik dan beberapa fitur lainnya.
1. Sistem Paperless Open Office, untuk mempermudah diseminasi dan Pengolahan data Perkantoran
2. Sistem Informasi Akademik
3. Sistem Informasi Sekolah (SISKO)
Selain produk dia atas, tim Bagos dan Relawan Telematika Banten juga sedang melakukan persiapan untuk mengemas Sistem Operasi Linux yang dilengkapi dengan paket-paket khusus untuk berbagai pejabat publik, misalnya berupa pemaketan dokumen-dokumen peraturan perundangan dan daftar link-link penting yang dikategorisasi. sistem semacam ini dirasa sangat cocok untuk disosialisasikan dan di manfaatkan oleh Kantor-Kantor pelayanan publik, misalnya: Sekretariat Dewan, Kepolisian, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Perpusda, dll. [darmasmono]
Kontak
Kyai Haji Abdul Fatah Hasan No. 34.A Serang, Banten
Telp. 0254.2412334|2412335 Fax : 0254.209043
wwww.telematika.info | www.banten.web.id
Telp. 0254.2412334|2412335 Fax : 0254.209043
wwww.telematika.info | www.banten.web.id
No comments:
Post a Comment