CIKUPA,SNOL— Komunitas topi bambu menyebut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang belum mencintai kerajinan topi bambu. Produk
ini hanya dianggap sebagai ikon Kabupaten Tangerang semata, tanpa ada
dukungan pengembangan untuk industri kerajinannya secara maksimal.
“Pemkab belum juga mencintai produk
lokal topi bambu yang merupakan logo Kabupaten Tangerang. Saat ini dana
bantuan belum tersentuh untuk pengrajin meskipun di Musrenbang tersiar
kabar ada anggaran untuk pembinaan atau pengembangan produk pengrajin,”
kata Agus Hasanudin, ketua komunitas topi bambu kepada Satelit News,
Kamis (14/8).
Saat ini komunitas topi bambu yang
konsen memperdayakan masyarakat Kabupaten Tangerang bekerjasama Lembaga
Pusat Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dengan mahasiswa Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saat melakukan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Tegal Baju, Kecamatan Cisoka. lnk dari http://satelitnews.co.id/?p=36005
“Mudah-mudahan Pemkab Tangerang terutama
dinas terkait tahu bahwa komunitas berperan untuk masyarakat. Selain
itu, komunitas juga berperan membuat koperasi untuk penganyam dan
pengrajin,” ungkapnya.
Selain itu, komintas topi bambu juga
bermita dengan bisnis service witel Banten Timur PT Telkom BSD dalam
pemberdayaan informasi teknologi bagi pelaku usaha kecil menengah (UKM).
“Saya mewakili pengrajin merasa sudah saatnya pemerintah memperhatikan
kerajinan topi bambu dan tidak hanya sekedar dijadikan ikon pemerintah
saja,” imbuhnya.
Sementara itu, mahasiswi jurusan
manajemen fakultas ekonomi dan bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta,Gerhana Ika Saraswati mengatakan, tujuan utama KKN ini untuk
melatih mahasiswa melaksanakan pendidikan selain di kelas, juga untuk
memberdayakan keilmuan mahasiswa untuk memberdayakan masyarakat di Desa
Caringin sejak 7 Agustus sampai dengan 7 November.
“Di Desa Caringin saya dan kawan-kawan
dalam KKN Sejati melihat potensi kemampuan masyarakat dalam menganyam
bambu yang sangat besar. Kami juga merasa masyarakat belum menyadari
bahwa menganyam bambu bisa menjadi komoditi utama bisnis khususnya di
Kecamatan Cisoka,” tandas mahasiswi semester 6 ini.
Lanjutnya, kebiasaan pengrajin anyaman
bambu saat ini masih sebatas membuat anyaman topi pramuka dan topi
caping petani. Hal ini dikarenakan desain bentuk kerajinan yang dibuat
cenderung tidak berkembang. Padahal bila kreatifitas ini bisa terus
dikembangkan maka tidak tertutup kemungkinan potensi pasar bambu bisa
semakin luas.
“Oleh karena itu, saya dan teman-teman
mengajak bekerjasama dengan komunitas topi bambu, karena komunitas ini
banyak menolong masyarakat menengah ke bawah sebagai pengrajin anyaman
bambu. Harapan kami, kerjasama ini bisa terus berjalan dengan baik,
serta bisa terus mengembangkan kreatifitas bambu yang ada di Kabupaten
Tangerang,” tutupnya. (aditya/jarkasih)
No comments:
Post a Comment